BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sejarah
adalah cermin, dimana dengan mempelajari sejarah kita bisa mengetahui apa yang
sudah terjadi di masa lalu, memperkenalkan orang-orang hebat di masa lalu
kepada generasi sekarang, dengan kehebatan yang mereka miliki atau yang mereka
lakukan, agar generasi sekarang jauh lebih baik dari apa yang telah
mendahuluinya. dalam agama islam pun, memiliki banyak catatan sejarah, yang
menjadikan agama ini dapat diketahui oleh kebanyakan orang dan mengikutinya.
Di
dalam agama islam ada yang namanya tarekat, di mana tarekat ini bisa diartikan
sebagai perjalanan spiritual menuju tuhan. Dalam konteks inilah kita berbicara
mengenai maqamat dan ahwal (stages). Tarekat juga di fahami
sebagai persaudaraan atau ordo spiritual, yaitu perkumpulan spiritual yang
dipimpin oleh seorang guru (mursyid)
dan para khalifahnya. Dalam konteks inilah yang kami maksud dalam judul makalah
kami yaitu sejarah tarekat Chisytiyah.
1.2. Rumusan Masalah
Dari
uraian di atas yang menjelaskan sendikit tentang tarekat kami memberikan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
awal mula tarekat chisytiyah.
2. Bagaimana
perkembangan dari tarekat chisytyah.
3. Siapa
pendiri awal dari tarekat ini.
4. Apa
saja yang diajarkan dalam tarekat ini.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui
awal mula tarekat chisytiyah.
2. Mengetahui
perkembangan tarekat chisytiyah.
3. Mengetahui
pendiri tarekat chisytiyah.
4. Mengetahui
ajaran tarekat chisytiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Tarekat Chisytiyah
Tarekat
chisytiyah adalah salah satu tarekat sufi utama di asia selatan. asal-usul
tarekat ini dapat di lacak hingga abat ke-3 H./9 M., di kota Chist-dari kata
inilah tarekat itu menamakan diri yang dalam wilayah afganistan modern terletak
beberapa ratus kilometer di timur harat. Tarekat ini menyebar ke seluruh
kawasan india, Pakistan, dan Bangladesh. Namun tarekat ini hanya terkenal di
india saja. Cabang-cabang lainya yang sempat menyebar ke transoxiana dan
khurasan tidak dapat bertahan lama.
Chisytiyah
memiliki silsilah spiritual yang jejaknya dapat ditelusuri sampai kepada hasan
al-basri (21-110 H./642-728 M.). mereka menyakini bahwa hasan merupakan murid
ali ibn abi tholib, sebuah klaim yang validitasnya mereka temukan secara
spiritual. Kemudian, mereka memberikan tempat terhormat dalam silsilah mereka terhadap abu said ibn
abi al-khair (357-440 H./967-1049 M.), yang lahir dan meninggal di maihan
(sekarang menjadi mana, dekat sarakhs), tetapi hidup dalam jangkah waktu yang
lama di nishapur.latihan asketik yang keras di praktikkan sejumlah pengikut
Chisytiyah. Seperti mengantung diri di di sumur dengan kepala beradah di di
bawah, ajaranya memberikan inspirasi kepada pengikutnya agar setia terhadap mursyid (pembimbing spiritual) tanpa
banyak bertanya, mengeletak tak berdaya di hadapanya, melakukan penyangkalan
diri, serta melayani keperluan orang lain.
Di
india pendiri tarekat ini bernama khawajah
mu’in al-din hasan. Informasi mengenai awal kehidupanya tidak diketahui.
Berdasarkan tangal kematianya yaitu 6 rajab 633 H./16 maret 1236 M., Di hitung
dari usianya yang di kenal sampai 97 tahun, maka ia bias di pastikan lahir pada
536 H./1141 M. di sistan. Ketika ayahnya meningal du dunia ia berusia 50 tahun.
Khawajah mewarisi sebuah tana dan kincir air di pengilingan, tetapi dia
meningalkan itu semua demi hidup yang di ingginkanya yaitu mengembara dan
mencari ilmu. Di harwan, daerah bagian Nishapur, ia menjadi murid khawajah
utsman harwani.mursyd paling terkemuka
chisytiyah pada waktu itu. Selama 20 tahun ia menemaninya mengembara ke
berbagai wilayah sampai ia mengembara seorang diri. Di bahdad, ia mengunjungi
syekh Abdul Qadir al-jailani, seorang pendiri tarekat qodiriyyah, serta
sufi-sufi yang terkemuka lainya. Kemudian ia meningalkan bahdad, melalui irak
dan iran, lalu tiba di wilayah ghazni pada usia 52 tahun. Di sana dia berjumpa
kembali dengan mursyd khawajah yang menyuruhnya kembali ke india. Di Negara ini
tasawuf telah mapan dan kokoh terutama di Punjab dan sind.
Dia
pun meningalkan Ghasni dan menuju ke india, lalu ke Lahore, kemudian ke Delhi.
Blakangan ia pindah ke Ajmer, yang telah di taklukan oleh kesultanan delhi pada
592 H./1195-96 M. dan memiliki gubenur muslim. Untuk seterusnya ia menetap di
Ajmer. Kehidupanya yang sederhana dan asketik menjadi inspirasi bagi para
serdadu muslim turki dan kaum Hindu mualaf. Sekitar 606 H./1209-10 M., khawajah
menikah dengan anak perempuan anak dari gubenur local. Ia juga menikahi putri
seorang bangsawan hindu yang menjadi tahanan perang.
Ulama
zaman berikutnya menceritakan keajaiban-keajaiban yang di lakukan oleh khawarij
ketika di ajmer. Para akademisi modern pun menyakini bahwa ia memberantas
praktek hindu tanpa ampun, serta melakukan islamisasi penganut hindu dalam
jumlah yang besar. Namun, karakter dan ucapan khawarij di ketahui tidak
mendukung legenda yang berkisah tentang sejarah kehidupanya tersebut. Ia
menuliskan aturan kehidupan spiritual sebagai berikut.
1. Tidak
boleh mencari uang.
2. Tidak
boleh meminjam uang pada siapapun.
3. Tidak
boleh mengungkapkan atau meminta tolong kepada siapapu, sekalipun belum makan
selama 7 hari.
4. Jika
mendapat kelebihan makanan, uang, padi-padian, atau pakaian, hanya boleh di
simpan sampai hari berikutnya.
5. Tidak
boleh mencelah orang lain; jika teraniyaya, berdoa kepada tuhan agar memberikan
petunjuk kepada orang yang telah menganiyaya kita agar ditunjukan jalan yang
benar.
6. Jika
melakukan perbuatan terpuji maka harus menyadari bahwa sumber kebaikan adalah
mursyd sebagai perantara nabi dan rahmat tuhan.
7. Jika
melakukan perbuatan dosa, harus menyadari bahwa dirinya bertangung jawab atas
dan berlindung dari perbuatan tersebut, dia harus berhati-hati dalam
mengerjakan berbagai hal yang dapat menimbulkan dosa karna takut tuhan.
8. Setelah
memenuhi semua tuntutan di atas, harus berpuasa secara teratur dan melakukan
sholat malam.
9. Menyedikitkan
bicara dan hanya membuka mulut jika memang keadaan menuntut hal tersebut.
Syariat melarang berbicara berlebihan atau berdiam diri secara mutlak. Seorang
harus mengucapkan kata-kata yang membuat tuhan senang.
Ajaran
khawajah menjelma menjadi fondasi struktur utama kehidupan chisytiyah sekalipun
penyesuaianya dan pengondifikasianya menyesuaikan waktu.
Selama
hidupnya, khawajah mu’in al-din memiliki hubungan-hubungan erat dengan syekh
hamid al-din shufi (w. 673 H./1274 M.) dia salah seorang murid yang menjadikan
pedesaan di sekitar nagawr, rajashtan sebagai pusat kegiatanya. Murid khawajah
mu’in al-din yang lain, khawajah quthb al-din bahtiar kaki,bermukim di delhi,
dan pada saat itu sultan syams al-din iltutmisy (606-633 H./1211-1236 M.) amat
memuliakan dirinya. Ia menetap di Baghdad dan memilih untuk menjadi murid dari
khawarij, meskipun syeekh terkenal dari tarekat suhrawardiyyah dan tarekat
kubrawiyyah bermukim pula di kota itu. Setelah meningalkan Baghdad, quthb
al-din berkelana dalam waktu yang lama dan tiba di delhi sekitar 618 H./1221 M.
di sana, ia menjadi seorang yang amat terkenal. Para ulama fikih gagal
mempengaruhi sultan syams al din iltutmisy untuk menghentikan persaudaraan sama
atau kegiatan audisi tasawuf yang mengunakan music dan tari-tarian. Dan pada 14
rabiul awal 633 H./27 november 1235 M.
Pewaris
khawajah Quthb al-din adalah syekh farid al-din mas’ud, di lahirkan di kahtwal,
dekat multan, pada 571 H./1175-76 M. ia di besarkan dengan pendidikan pesantren
lokal, tetapi pengaruh terbesar didapat dari kehidupan ibunya sendiri yang
hidup dengan amat salehah setelah menjadi murid Quthb al-din, ia menjalankan
praktek asketik yang amat keras. Ia berdoa selama empat puluh malam tanpa
henti, dengan ritual yang sudah di jelaskan di atas yaitu dengan mengantungkan
diri di sumur. Untuk waktu yang lama, ia bermukim di hansi,distrik hisar, delhi
bagian barat, tetapi menetap di ajobhan, dan meningal dunia pada tanggal 5
muharam 664 H./17 oktober 1265 M. baba farid berhubungan dengan berbagai segmen
masyarakat.
Penerus
dari baba farid adalah syekh nizham al-din auliyah’, ia menetap di delhi sampai
ajal menjemputnya pada 18 rabi al-tsani 725 H./3 April 1325 M., memperkuat
ajaran chisytiyah di utara india. Tarekat ini pun di perkenalkan di deccan
selama masa hidupnya. Sang syekh memiliki pemahaman yang mendalam tentang watak
dasar manusia berdasarkanpengalamanya dalam berinteraksi dengan berbagai tipe manusia.
Para tamu kebanyakan lebih dari sekedar puas mendengar nasihat-nasehatnya. Dia
berjasa amat besar bagi orang-orang yang meminta bantuan kepadanya, bahkan para
ulamak fikih yang membenci para sufi di buat terhenyak dalam percakapan bersama
dirinya. Dia di kenal sangat ahli dalam pengajaran tasawuf dengan mengunaka anekdod-anekdod.
Murid
utama syekh Nizham al-Din Auliya’ adalah Amir Khusraw. Ia dilahirkan pada 651
H./1253 M. di patyali, sekitar 150 kilometer dari delhi dan keluarga
administrator terkemuka dan pejuang. Tapi sebenarnya di sangat berminat
terhadap penulisan syair. Ia sudah menggubah komposisi pertanyaan pada usia
delapan tahun. Amir khusraw menulis matsnawi
yang bersifat kesejaraan dan melahirkan ghazal
dalam kuantitas yang menajubkan. Ia juga seorang composer sejumlah jenis
dan melodi music serta di kenal sebagai musisi piawai. Kematian mursyid-nya amat mengejutkan jiwanya
secara mendalam sehingga ia hanya dapat bertahan hidup selama enam bulan
berikutnya.
Syekh
nizam al-din auliya’ memiliki seorang pewaris spiritual, syekh Nashir al-din
dari Awadh, atau yang terkenal sebagai Chirag
atau ‘’lentera’’ kota delhi. Sultan Muhammad ibn Tughuq (725-752
H./1325-1351 M.) memaksa nashir al-din bersama murid-muridnya yang terkenal
untuk membatukelancaran pemerintahan dalam rancangan yang berlebihan demi
meningkatkan popularitas pribadi. Mereka menolak untuk menaati sehingga mereka
mendapatkan perlakuan keras. Sebagaian diantaranya memilih untuk meningalkan
delhi menuju ke devagiri dan pada waktu itu sultan sudah menyiapkan tempat
tinggal kedua untuknya.beliau mengembuskan napas terakhir pada 18 ramadhan 757
H./14 september 1356 M.
Pada
waktu itu murid dari baba farid dan syekh nizam al-din auliyah telah banyak
mendirikan perguruan chistiyah. Yang terpenting diantaranya adalah perguruan
shabiriyah di kaliyar, saranpur, bagian timur delhi, yang didirikan oeh ala’
al-din ali ibnu ahmad shabir (w. 691 H./1291 M.),seorang murid baba farid.
Penerusnya mendirikan cabang di lanipat, rudawali dan gangoh. Ahmad abdul
al-haqq (w. 944 H./1537 M.), amat terkenal di rudawali. Ia mempopulerkan ajaran
baba farid dalam dalam puisi berdialek lokal. Hal ini kemudian di sempurnakan
oleh syekh abd al-quddus gangohi (w. 944 H./1537 M.) yang merupakan tokoh yang
amat terkemuka dalam tarekat ini. Kartanya, rusyd-namah,
menulis beberapa karya dengan bahasa hindi dan diteruskan oleh ara penerusnya
dengan komposisi sebaik yang di tulis sendiridalam jumlah besar. Mereka
mengarisbawahi kemiripan yang terdapat antara chisytyah dan ajaran that yogi.
Penerus yang terpenting syekh abd al-quddus gangohi adalah syekh muhhib allah
shadpuri dari allahabab (w. 1058 H./1648 M.). ia jelas –jelas penapsir ajaran wahdat al-wujudibn arabi yang sangat
mumpuni dalam tarekat chisytiyah.
Murid-murid
syekh nizam al-din auliya mendirikan peguruan chisytiyah di jawnpuni, malwa,
Gujarat, dan deccan. Syekh siraj al din (w. 759 H./1357 M.) menjadikan gawr,
daerah di Bengal, sebagai pusat kegiatanya. Nur qutbhi alam (w.813 H./1410 M.).
dari pandawa adalah seorang sufi terkemuka dari cabang peguruan ini. Di
Dawlatabad, pusat kegiatan chisytiyah didirikan oleh syekh burhan al-din. Beiau
membuat penguasa lokal dinasti khandesh amat terpesona sehigah menanamkan darah
tersebut dengan namanya, burhanpur.
Namun, sufi terkemuka di deccan adalah penerus syekh
nashir al-din chiragh dihlawi, yakni sayyid Muhammad ibn yusuf al-husini, (w.
815 H./1422 M.) setelah perisiwa pembantaian masal di delhi pada 801 H./1398 M.
oleh timur lenk, gisu daraz meninggalkan tempat pemukimanya semula dan tingal
di Gujarat, kemudian dari sana ia berangkat ke deccan. Sekitar 815 H./1412-13
M., ia tiba di gulbargadi ujung usianya yang ke Sembilan puluh tahun. Ia hanya
bertahan sepuluh tahun kemudian, tetapi ia dapat mengukuhkan cabang chisytiyah
di sana. Ia merupakan penulis puisi dan pengarang yang sangat produktif.
Menjelang akhir hayatnya, ia meninggalkan skema spiritual ibn arabi yang sejak
lama menjadi pedomanya dan beralih menjadi pengikut spiritual syekh ala
al-daulah simnani.
Di antara murid-murid syekh nizam al-din auliya,
maulana syihab al-din menduduki status sebagai pemimpin. Murid pertama syekh
syihab al-din, syekh rukn al-din, tidaklah di kenal luas, tetapi muridnya masud
bakk merupakan ulama yang sangat di segani. Ia tidak ragu-ragu dalam
menyampaikan gagasan-gagasanya yang bersumber dari konsep wahdat al-wujud dalam karya-karyanya. Salah satunya adalah diwan yang berjudul nur al-yaqin serta
sebuah prosa yang berjudul mi’rat
al-arifin merupakan sumbangan yang
pentng bagi literatur sufisme.
Sahabat yang sezaman denganya adalah sayyid Muhammad
bin Husaini ibn jafar al-makki. Ia menampik posisi penting di pemerintahan,
kemudia menjadi sufi pengembara, mengarungi Arabia, Persia, dan irak. Koleksi
surat-suratnya yang sebagian bertahun 824 H./1421 M. dan 825 H./1422 M.
membuktikan ketajamanya dalam dunia spiritual maupun duniawi. Dia percaya
penekanan terhadap fikih yang berlebihan maka akan menjauhkan atau
mengasingkanya dari imam yang sejati, layaknya seekor anjing yang terasing dari
masjid.
Pada awal abad ke-12 H./18 M., cabang nizhamiyyah
dari tarekat chisytiyah kembali marak sejak di pimpin oleh syekh kalim allah
jahanabati (w. 1142 H./1729 M.). maulana fakhr al-din, putra muridnya, syekh
nizam al-din, memimpin pusat kegiatan nizhamiyyah-chisytiyah di dehi sejak 1165
H./1751-52 M., hinggat tahun kematianya,1199 H./1751 M. ia berupaya merembeskan
kehidupan spiritual yang seimbang di kota delhi, yang telah terkoyak oleh
pertentangan sunni-syiah. Para muridnya membangun pusat kegiatan baru di
Punjab, bareilly, dan rajashtan.
Secara garis besar ada empat masa kejayaan aktifitas
tarekat chisytiyah ini di india :
1.
Masa kejayaan
syekh mu’in al-din hasan chisyti, yaitu pada awal pendirian tarekat ini (597 H./1200
M.). hingga 757 H./1356 M.
2.
Masa penyebaran khanaqah di banyak provinsi di india
(abad ke-8 H./14 M. dank e-9 H./15 M.)
3.
Masa pertumbuhan
cabang sabiriyyah abad ke-9 H./15 M.
4.
Masa
perkembangan cabang nizamiyyah abad ke-12 H./18 M.
Tarekat
ini menyebar dengan cepat. Pada masa itu, banyak orang islam yang memeluk agama
islam berkat kerja keras para wali chisyti. Khudbah-khutbah mereka yang
sederhana sekaligus di iringi dengan tindakan yang nyata yang menunjukan rasa
cinta yang mendalam terhadap Allah dan sesame manusia. Hal ini mampu mengundang
simpatik orang-orang hindu, terutama mereka yang berasal dari kasta rendah.
Anggota dari kasta yang lebih tinggi pun banyak yang terkesan. Kenyataan bahwa khanaqah chisytiyah menghindari diskriminasi
antar murid dan menjalankan paham masyarakat tak berkelas ternyata berhasil
menarik anggota baru kepada tarekat mereka. Mu’in al-din menyederhanakan paham
ajaranya dalam tiga asas, yang mula-mula di susun oleh abu yazid al-busthami
(w. 261 H./874 M.) yaitu bahwa seorang sufi harus memiliki ‘’kemurahan hati,
watak yang halus, dan kerendahan hati’’. Meskipun di perbatasan india terkadang
msih ada tentara muslim yang berbatasan dengan kaum ‘’kafir’’, namun islamisasi
Negara india dicapai terutama dengan dakwa sufistik para ulama, bukan dengan
pedang. Begitulah sejarah tarekat chisytiyah yang berkembang pesat di india.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan
mengenai sejarah tarekat di atas, kami menyimulkan sebagai berikut:
1.
Tarekat
chisytiyah ini adalah termasuk tarekat sufi yang berasal dari asia selatan
yaitu kota chist dan berkembang sangat cepat di Negara india.
2.
Pendiri tarekat
ini di india adalah khawajah mu’in
al-din hasan.
3.
Tarekat ini
termasuk dalam aliran sunni.
4. Masa
kejayaan tarekat chisytiyah Masa kejayaan syekh mu’in al-din hasan chisyti,
yaitu pada awal pendirian tarekat ini (597 H./1200 M.), hingga 757 H./1356 M, Masa
penyebaran khanaqah di banyak
provinsi di india (abad ke-8 H./14 M. dank e-9 H./15 M.), Masa pertumbuhan
cabang sabiriyyah abad ke-9 H./15 M, Masa perkembangan cabang nizamiyyah abad
ke-12 H./18 M.
4.2. Saran
Masih banyak tarekat selain chisytiyah yang berbeda
faham dan keyakinan dalam mencari jalan menuju Allah SWT. Maka dari itu tidak
cukup kiranya kita mempelajari satu jenis tarekat saja, akan jauh lebih baik
jika kita mempelajari semua tarekat agar pandangan kita lebih luas dalam mata
kuliah tasawuf, lebih dari itu agar kita juga dapat mencari jalan menuju tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Media zainul bahri, tasawuf mendamaikan duia, Erlanga,
Jakarta, 2010.
2. Musstafa zahri, kunci memahami ilmu tasawuf,PT.
bina ilmu, Surabaya, 1995.
3. Abdussalam
Alwi al-Hinduan, tarekat adalah perintah allah swt, Cahaya Ilmu
Publisher
4. Azis mansuri, ensiklopedia 22 tarekat dalam tasawuf,
imtiyaz, Surabaya, 2011.
5. Abuddin nata, Akhlak tasawuf, PT. Grafindo persada ,
Jakarta, 2010.
6. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, CV pustaka setia, bandung,
2007.
7. Rosihon Anwar, akhlak tasawuf, CV pustaka setia, bandung,
2010.
0 komentar:
Posting Komentar