Pages

Minggu, 15 September 2013

MUNTIARA TAK SELALU TERJAGA KILAUNYA WALAU TERBNGKUS KERUDUNG DAN DISIMPAN DALAM ALMARI PESANTERN



            Jika membaca judul di atas kira-kira apa yang melintas di pikiran anda? Ya benar… WANITA.! Ini tentang wanita. Aku tahu banyak sekali artikel atau tulisan yang membahas mengenai wanita yang bisa di katakana gak baik, dikalangan masyarakat atau tempat yang menaungi mereka, bahkan tidak sendikit artikel tentang wanita yang memakai kerudung tetapi bukan untuk menutupi harta paling berharga dari si wanita, malah digunakan  untuk menutupi dosa-dosa yang iya lakukan bersama kaum lelaki yang haus akan kenikmatan dunia.
            Yang membuat aku inggin menulis tetnag hal yang tidak baru lagi ini adalah, ketika tau seorang yang dekat denganku yang aku lihat dalam hari-harinya hanya tutur kata yang lembut dan wajah yang menyinarkan cahaya seperti bidadari dari surga. Tapi kenyataannya muntiara itu ternoda.. sepertinya susah untuk bilang dia masih perawan.
Dia bukan wanita yang dilahirkan dilingkungan prostitusi atau tempat perzinahan, juga dia tidak tinggal diperkotaan metropolitan, yang mengangap berhubungan badan adalah gaya hidup. Tapi dia dilahirkan di lingkungan Pesantren, sejak kecil dia besar dipesantren, tidak sendikit pula ilmu yang iya dapat mengenai agama.
Ketika ada pertanyaan “apa yang menyebabkanya kehilangan keperawanan si santri wati itu?”, pertanyaan inilah yang akan menjadi pembahasan kita selanjutnya.
Dalam lingkungan Pesantren wajib jika sakman watoatan atau ta’at kepada ustad, bu nyai dan pak kyai. Seorang santri atau santri wati yang baik akan menjalankan peraturan pesantren dan mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan oleh keluarga Ndalem (keluarga kyai).
Dia bukanlah wanita yang banyak berbicara, pandai mengaji dan bersholawat, tidak ada kejelekan yang terpancar darinya yang setiap hari memakai  kerudung itu, atau sikap seperti wanita gatel pada umumnya. Keta’atanya dan keluguanya inilah yang menjadi cikal-bakal noda yang mengotori kesucianya.
Di suatu pondok pesantren putri di jawa timur tempatnya di desa kecil, pesantrenya juga kecil. pondok itu diasuh oleh seorang perempuan yang biasa di panggil Umi dan di bantu oleh suaminya yang biasa di panggil Abah. Uminya sendri sikapnya biasa seperti kebanyakan ulamak pada umumnya, tapi si Abahnya ini atau suami dari Umi ini sikapnya aneh kepada santriwatinya. Bukan hanya tingkah laku aneh tetapi juga perkataan yang sering tidak sopan kepada semua santrinya, tapi jika bicara di depan umum, dia sangat pandai mengambil hati masyarakat.
Hampir semua santriwati di ponpes itu merasa aneh,, dimana mereka semua tidak di gubris sama si abah, dicuwekin lah pokoknya, dan biasanya seorang santri itu mencium tanggan dari gurunya tapi si abah tak pernah mau..! kenapa?. Ada alasan mengapa sikapnya seperti itu, hapir semua santri wati khususnya yang cantik dan polos,, pernah di ajak untuk bersetubuh.. atau berbuat zinah!! Suatu perbuatan yang seharunya di jauhi oleh umat muslim, apalagi si abah adalah seorang ulama pula.
Dari semua santi yang di cuwekin,,, atau dimusuhi.. ada satu santri wati yang disayang olehnya, sebut saja Evi.  Teman-teman evi pun merasa ada yang aneh.. apalagi ketika santri berkumpul di kamar, si abah pun dating dan bertanya hal-hal yang tidak lazim di pertanyakan oleh kaum laki-laki, seperti mempertanyakan waktu HAIDnya yang lama, sampai berkata kepada evi di depan temanya, “evi.. bagaimana tadi malam?” bahkan evi pun sering di bangunkan tengah malam,, lalu di ajak pergi entah kemana.! Pernah juga ketika di jemput oleh abah, si evi di suruh untuk memeluknya dari belakang, kayak muda-mudi lagi kasmaran. Kalo tidak di peluk si evinya di ancam di tinggal di jalan..
Semua teman-temanya evi beranggapan bahwa dia sudah tidak perawan lagi, alias pernah melakukan hubungan intim dengan si abah.. kata salah satu santriwati yang saya tanyai, kenapa perbuatan abah itu tidak diketahui umi?? Dia bilang tidak tau, dan tidak pernah ketahuan!!! Dan temen-temen juga gak ada yang berani bilang. Kalau masyarakat sendiri gimana tindakanya?? Lanjut saya bertanya. Dulu katanya pernah mau di usir sama warga, tapi gak tau kok gak jadi. Terus udah gak pernah gitu-gituin muridnya lagi… eh sekarang kumat lagi.
Si evi pun masih mondok di pesantren itu sampai sekarang, kata orang yang saya tanyai, dia di suruh umi untuk tetap di pondok untuk mengabdi. Dan sampai sekarang pula perbuatan si abah tadi tetap berlanjut… entah sampai kapan.
Saya mendapatkan informasi ini secara rahasia, saya juga tidak di perbolehkan menyebut nama atau tempat konkrit pondok pesantrenya. Saya mendapatkan info ini dari seorang alumni pesantren tersebut, katanya dia juga pernah dimintak si abah untuk tidur bersama, tapi dia tidak mau. Lama kelamaan dia tidak kuat akan perlakuan dan sikap yang aneh dari abah. Juga dia takut dirinya diapa-apain. Tentunya jika sampai itu terjadi makan akan banyak penyesalan didepan. Jadi dia memilih keluar.

Saya menulis hal ini bukan untuk menjelekkan nam baik orang, tetapi hanya untuk berbagi pengetahuan tentang problem yang terjadi di masyarakat. Yang dimana kita di tuntut untuk berbuat yang bijak dalam menangapi berbagai persoalan di masyarakan, khususnya para mahasiswa. Apalagi mahasiswa hukum. Yang di tuntut dapat memberikan hukuman atau solusi yang tepat bagi tindak kejahatan yang tergolong rumit. mungkin cukup sekian apa yang bisa saya tulis, semoga ada hikmah di balik permasalahan, yang tentunya harus kita selesaikan secara bijak pula dan semoga apa yang saya tulis bermangfaat juga.

0 komentar:

Posting Komentar