Pages

Minggu, 06 Oktober 2013

MAKALAH TAREKAT CHISYTIYAH

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sejarah adalah cermin, dimana dengan mempelajari sejarah kita bisa mengetahui apa yang sudah terjadi di masa lalu, memperkenalkan orang-orang hebat di masa lalu kepada generasi sekarang, dengan kehebatan yang mereka miliki atau yang mereka lakukan, agar generasi sekarang jauh lebih baik dari apa yang telah mendahuluinya. dalam agama islam pun, memiliki banyak catatan sejarah, yang menjadikan agama ini dapat diketahui oleh kebanyakan orang dan mengikutinya.
Di dalam agama islam ada yang namanya tarekat, di mana tarekat ini bisa diartikan sebagai perjalanan spiritual menuju tuhan. Dalam konteks inilah kita berbicara mengenai maqamat dan ahwal (stages). Tarekat juga di fahami sebagai persaudaraan atau ordo spiritual, yaitu perkumpulan spiritual yang dipimpin oleh seorang guru (mursyid) dan para khalifahnya. Dalam konteks inilah yang kami maksud dalam judul makalah kami yaitu sejarah tarekat Chisytiyah.

1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas yang menjelaskan sendikit tentang tarekat kami memberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana awal mula tarekat chisytiyah.
2.      Bagaimana perkembangan dari tarekat chisytyah.
3.      Siapa pendiri awal dari tarekat ini.
4.      Apa saja yang diajarkan dalam tarekat ini.

1.3. Tujuan
1.      Mengetahui awal mula tarekat chisytiyah.
2.      Mengetahui perkembangan tarekat chisytiyah.
3.      Mengetahui pendiri tarekat chisytiyah.
4.      Mengetahui ajaran tarekat chisytiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Tarekat Chisytiyah
Tarekat chisytiyah adalah salah satu tarekat sufi utama di asia selatan. asal-usul tarekat ini dapat di lacak hingga abat ke-3 H./9 M., di kota Chist-dari kata inilah tarekat itu menamakan diri yang dalam wilayah afganistan modern terletak beberapa ratus kilometer di timur harat. Tarekat ini menyebar ke seluruh kawasan india, Pakistan, dan Bangladesh. Namun tarekat ini hanya terkenal di india saja. Cabang-cabang lainya yang sempat menyebar ke transoxiana dan khurasan tidak dapat bertahan lama.
Chisytiyah memiliki silsilah spiritual yang jejaknya dapat ditelusuri sampai kepada hasan al-basri (21-110 H./642-728 M.). mereka menyakini bahwa hasan merupakan murid ali ibn abi tholib, sebuah klaim yang validitasnya mereka temukan secara spiritual. Kemudian, mereka memberikan tempat terhormat  dalam silsilah mereka terhadap abu said ibn abi al-khair (357-440 H./967-1049 M.), yang lahir dan meninggal di maihan (sekarang menjadi mana, dekat sarakhs), tetapi hidup dalam jangkah waktu yang lama di nishapur.latihan asketik yang keras di praktikkan sejumlah pengikut Chisytiyah. Seperti mengantung diri di di sumur dengan kepala beradah di di bawah, ajaranya memberikan inspirasi kepada pengikutnya agar setia terhadap mursyid (pembimbing spiritual) tanpa banyak bertanya, mengeletak tak berdaya di hadapanya, melakukan penyangkalan diri, serta melayani keperluan orang lain.
Di india pendiri tarekat ini bernama khawajah  mu’in al-din hasan. Informasi mengenai awal kehidupanya tidak diketahui. Berdasarkan tangal kematianya yaitu 6 rajab 633 H./16 maret 1236 M., Di hitung dari usianya yang di kenal sampai 97 tahun, maka ia bias di pastikan lahir pada 536 H./1141 M. di sistan. Ketika ayahnya meningal du dunia ia berusia 50 tahun. Khawajah mewarisi sebuah tana dan kincir air di pengilingan, tetapi dia meningalkan itu semua demi hidup yang di ingginkanya yaitu mengembara dan mencari ilmu. Di harwan, daerah bagian Nishapur, ia menjadi murid khawajah utsman harwani.mursyd paling terkemuka chisytiyah pada waktu itu. Selama 20 tahun ia menemaninya mengembara ke berbagai wilayah sampai ia mengembara seorang diri. Di bahdad, ia mengunjungi syekh Abdul Qadir al-jailani, seorang pendiri tarekat qodiriyyah, serta sufi-sufi yang terkemuka lainya. Kemudian ia meningalkan bahdad, melalui irak dan iran, lalu tiba di wilayah ghazni pada usia 52 tahun. Di sana dia berjumpa kembali dengan mursyd khawajah yang menyuruhnya kembali ke india. Di Negara ini tasawuf telah mapan dan kokoh terutama di Punjab dan sind.
Dia pun meningalkan Ghasni dan menuju ke india, lalu ke Lahore, kemudian ke Delhi. Blakangan ia pindah ke Ajmer, yang telah di taklukan oleh kesultanan delhi pada 592 H./1195-96 M. dan memiliki gubenur muslim. Untuk seterusnya ia menetap di Ajmer. Kehidupanya yang sederhana dan asketik menjadi inspirasi bagi para serdadu muslim turki dan kaum Hindu mualaf. Sekitar 606 H./1209-10 M., khawajah menikah dengan anak perempuan anak dari gubenur local. Ia juga menikahi putri seorang bangsawan hindu yang menjadi tahanan perang.
Ulama zaman berikutnya menceritakan keajaiban-keajaiban yang di lakukan oleh khawarij ketika di ajmer. Para akademisi modern pun menyakini bahwa ia memberantas praktek hindu tanpa ampun, serta melakukan islamisasi penganut hindu dalam jumlah yang besar. Namun, karakter dan ucapan khawarij di ketahui tidak mendukung legenda yang berkisah tentang sejarah kehidupanya tersebut. Ia menuliskan aturan kehidupan spiritual sebagai berikut.
1.      Tidak boleh mencari uang.
2.      Tidak boleh meminjam uang pada siapapun.
3.      Tidak boleh mengungkapkan atau meminta tolong kepada siapapu, sekalipun belum makan selama 7 hari.
4.      Jika mendapat kelebihan makanan, uang, padi-padian, atau pakaian, hanya boleh di simpan sampai hari berikutnya.
5.      Tidak boleh mencelah orang lain; jika teraniyaya, berdoa kepada tuhan agar memberikan petunjuk kepada orang yang telah menganiyaya kita agar ditunjukan jalan yang benar.
6.      Jika melakukan perbuatan terpuji maka harus menyadari bahwa sumber kebaikan adalah mursyd sebagai perantara nabi dan rahmat tuhan.
7.      Jika melakukan perbuatan dosa, harus menyadari bahwa dirinya bertangung jawab atas dan berlindung dari perbuatan tersebut, dia harus berhati-hati dalam mengerjakan berbagai hal yang dapat menimbulkan dosa karna takut tuhan.
8.      Setelah memenuhi semua tuntutan di atas, harus berpuasa secara teratur dan melakukan sholat malam.
9.      Menyedikitkan bicara dan hanya membuka mulut jika memang keadaan menuntut hal tersebut. Syariat melarang berbicara berlebihan atau berdiam diri secara mutlak. Seorang harus mengucapkan kata-kata yang membuat tuhan senang.
Ajaran khawajah menjelma menjadi fondasi struktur utama kehidupan chisytiyah sekalipun penyesuaianya dan pengondifikasianya menyesuaikan waktu.
Selama hidupnya, khawajah mu’in al-din memiliki hubungan-hubungan erat dengan syekh hamid al-din shufi (w. 673 H./1274 M.) dia salah seorang murid yang menjadikan pedesaan di sekitar nagawr, rajashtan sebagai pusat kegiatanya. Murid khawajah mu’in al-din yang lain, khawajah quthb al-din bahtiar kaki,bermukim di delhi, dan pada saat itu sultan syams al-din iltutmisy (606-633 H./1211-1236 M.) amat memuliakan dirinya. Ia menetap di Baghdad dan memilih untuk menjadi murid dari khawarij, meskipun syeekh terkenal dari tarekat suhrawardiyyah dan tarekat kubrawiyyah bermukim pula di kota itu. Setelah meningalkan Baghdad, quthb al-din berkelana dalam waktu yang lama dan tiba di delhi sekitar 618 H./1221 M. di sana, ia menjadi seorang yang amat terkenal. Para ulama fikih gagal mempengaruhi sultan syams al din iltutmisy untuk menghentikan persaudaraan sama atau kegiatan audisi tasawuf yang mengunakan music dan tari-tarian. Dan pada 14 rabiul awal 633 H./27 november 1235 M.
Pewaris khawajah Quthb al-din adalah syekh farid al-din mas’ud, di lahirkan di kahtwal, dekat multan, pada 571 H./1175-76 M. ia di besarkan dengan pendidikan pesantren lokal, tetapi pengaruh terbesar didapat dari kehidupan ibunya sendiri yang hidup dengan amat salehah setelah menjadi murid Quthb al-din, ia menjalankan praktek asketik yang amat keras. Ia berdoa selama empat puluh malam tanpa henti, dengan ritual yang sudah di jelaskan di atas yaitu dengan mengantungkan diri di sumur. Untuk waktu yang lama, ia bermukim di hansi,distrik hisar, delhi bagian barat, tetapi menetap di ajobhan, dan meningal dunia pada tanggal 5 muharam 664 H./17 oktober 1265 M. baba farid berhubungan dengan berbagai segmen masyarakat.
Penerus dari baba farid adalah syekh nizham al-din auliyah’, ia menetap di delhi sampai ajal menjemputnya pada 18 rabi al-tsani 725 H./3 April 1325 M., memperkuat ajaran chisytiyah di utara india. Tarekat ini pun di perkenalkan di deccan selama masa hidupnya. Sang syekh memiliki pemahaman yang mendalam tentang watak dasar manusia berdasarkanpengalamanya dalam berinteraksi dengan berbagai tipe manusia. Para tamu kebanyakan lebih dari sekedar puas mendengar nasihat-nasehatnya. Dia berjasa amat besar bagi orang-orang yang meminta bantuan kepadanya, bahkan para ulamak fikih yang membenci para sufi di buat terhenyak dalam percakapan bersama dirinya. Dia di kenal sangat ahli dalam pengajaran tasawuf dengan mengunaka anekdod-anekdod.
Murid utama syekh Nizham al-Din Auliya’ adalah Amir Khusraw. Ia dilahirkan pada 651 H./1253 M. di patyali, sekitar 150 kilometer dari delhi dan keluarga administrator terkemuka dan pejuang. Tapi sebenarnya di sangat berminat terhadap penulisan syair. Ia sudah menggubah komposisi pertanyaan pada usia delapan tahun. Amir khusraw menulis matsnawi yang bersifat kesejaraan dan melahirkan ghazal dalam kuantitas yang menajubkan. Ia juga seorang composer sejumlah jenis dan melodi music serta di kenal sebagai musisi piawai. Kematian mursyid-nya amat mengejutkan jiwanya secara mendalam sehingga ia hanya dapat bertahan hidup selama enam bulan berikutnya.
Syekh nizam al-din auliya’ memiliki seorang pewaris spiritual, syekh Nashir al-din dari Awadh, atau yang terkenal sebagai Chirag atau ‘’lentera’’ kota delhi. Sultan Muhammad ibn Tughuq (725-752 H./1325-1351 M.) memaksa nashir al-din bersama murid-muridnya yang terkenal untuk membatukelancaran pemerintahan dalam rancangan yang berlebihan demi meningkatkan popularitas pribadi. Mereka menolak untuk menaati sehingga mereka mendapatkan perlakuan keras. Sebagaian diantaranya memilih untuk meningalkan delhi menuju ke devagiri dan pada waktu itu sultan sudah menyiapkan tempat tinggal kedua untuknya.beliau mengembuskan napas terakhir pada 18 ramadhan 757 H./14 september 1356 M.
Pada waktu itu murid dari baba farid dan syekh nizam al-din auliyah telah banyak mendirikan perguruan chistiyah. Yang terpenting diantaranya adalah perguruan shabiriyah di kaliyar, saranpur, bagian timur delhi, yang didirikan oeh ala’ al-din ali ibnu ahmad shabir (w. 691 H./1291 M.),seorang murid baba farid. Penerusnya mendirikan cabang di lanipat, rudawali dan gangoh. Ahmad abdul al-haqq (w. 944 H./1537 M.), amat terkenal di rudawali. Ia mempopulerkan ajaran baba farid dalam dalam puisi berdialek lokal. Hal ini kemudian di sempurnakan oleh syekh abd al-quddus gangohi (w. 944 H./1537 M.) yang merupakan tokoh yang amat terkemuka dalam tarekat ini. Kartanya, rusyd-namah, menulis beberapa karya dengan bahasa hindi dan diteruskan oleh ara penerusnya dengan komposisi sebaik yang di tulis sendiridalam jumlah besar. Mereka mengarisbawahi kemiripan yang terdapat antara chisytyah dan ajaran that yogi. Penerus yang terpenting syekh abd al-quddus gangohi adalah syekh muhhib allah shadpuri dari allahabab (w. 1058 H./1648 M.). ia jelas –jelas penapsir ajaran wahdat al-wujudibn arabi yang sangat mumpuni dalam tarekat chisytiyah.
Murid-murid syekh nizam al-din auliya mendirikan peguruan chisytiyah di jawnpuni, malwa, Gujarat, dan deccan. Syekh siraj al din (w. 759 H./1357 M.) menjadikan gawr, daerah di Bengal, sebagai pusat kegiatanya. Nur qutbhi alam (w.813 H./1410 M.). dari pandawa adalah seorang sufi terkemuka dari cabang peguruan ini. Di Dawlatabad, pusat kegiatan chisytiyah didirikan oleh syekh burhan al-din. Beiau membuat penguasa lokal dinasti khandesh amat terpesona sehigah menanamkan darah tersebut dengan namanya, burhanpur.
Namun, sufi terkemuka di deccan adalah penerus syekh nashir al-din chiragh dihlawi, yakni sayyid Muhammad ibn yusuf al-husini, (w. 815 H./1422 M.) setelah perisiwa pembantaian masal di delhi pada 801 H./1398 M. oleh timur lenk, gisu daraz meninggalkan tempat pemukimanya semula dan tingal di Gujarat, kemudian dari sana ia berangkat ke deccan. Sekitar 815 H./1412-13 M., ia tiba di gulbargadi ujung usianya yang ke Sembilan puluh tahun. Ia hanya bertahan sepuluh tahun kemudian, tetapi ia dapat mengukuhkan cabang chisytiyah di sana. Ia merupakan penulis puisi dan pengarang yang sangat produktif. Menjelang akhir hayatnya, ia meninggalkan skema spiritual ibn arabi yang sejak lama menjadi pedomanya dan beralih menjadi pengikut spiritual syekh ala al-daulah simnani.
Di antara murid-murid syekh nizam al-din auliya, maulana syihab al-din menduduki status sebagai pemimpin. Murid pertama syekh syihab al-din, syekh rukn al-din, tidaklah di kenal luas, tetapi muridnya masud bakk merupakan ulama yang sangat di segani. Ia tidak ragu-ragu dalam menyampaikan gagasan-gagasanya yang bersumber dari konsep wahdat al-wujud dalam karya-karyanya. Salah satunya adalah diwan yang berjudul nur al-yaqin serta sebuah prosa yang berjudul mi’rat al-arifin  merupakan sumbangan yang pentng bagi literatur sufisme.
Sahabat yang sezaman denganya adalah sayyid Muhammad bin Husaini ibn jafar al-makki. Ia menampik posisi penting di pemerintahan, kemudia menjadi sufi pengembara, mengarungi Arabia, Persia, dan irak. Koleksi surat-suratnya yang sebagian bertahun 824 H./1421 M. dan 825 H./1422 M. membuktikan ketajamanya dalam dunia spiritual maupun duniawi. Dia percaya penekanan terhadap fikih yang berlebihan maka akan menjauhkan atau mengasingkanya dari imam yang sejati, layaknya seekor anjing yang terasing dari masjid.
Pada awal abad ke-12 H./18 M., cabang nizhamiyyah dari tarekat chisytiyah kembali marak sejak di pimpin oleh syekh kalim allah jahanabati (w. 1142 H./1729 M.). maulana fakhr al-din, putra muridnya, syekh nizam al-din, memimpin pusat kegiatan nizhamiyyah-chisytiyah di dehi sejak 1165 H./1751-52 M., hinggat tahun kematianya,1199 H./1751 M. ia berupaya merembeskan kehidupan spiritual yang seimbang di kota delhi, yang telah terkoyak oleh pertentangan sunni-syiah. Para muridnya membangun pusat kegiatan baru di Punjab, bareilly, dan rajashtan.
Secara garis besar ada empat masa kejayaan aktifitas tarekat chisytiyah ini di india :
1.      Masa kejayaan syekh mu’in al-din hasan chisyti, yaitu pada awal pendirian tarekat ini (597 H./1200 M.). hingga 757 H./1356 M.
2.      Masa penyebaran khanaqah di banyak provinsi di india (abad ke-8 H./14 M. dank e-9 H./15 M.)
3.      Masa pertumbuhan cabang sabiriyyah abad ke-9 H./15 M.
4.      Masa perkembangan cabang nizamiyyah abad ke-12 H./18 M.

Tarekat ini menyebar dengan cepat. Pada masa itu, banyak orang islam yang memeluk agama islam berkat kerja keras para wali chisyti. Khudbah-khutbah mereka yang sederhana sekaligus di iringi dengan tindakan yang nyata yang menunjukan rasa cinta yang mendalam terhadap Allah dan sesame manusia. Hal ini mampu mengundang simpatik orang-orang hindu, terutama mereka yang berasal dari kasta rendah. Anggota dari kasta yang lebih tinggi pun banyak yang terkesan. Kenyataan bahwa khanaqah chisytiyah menghindari diskriminasi antar murid dan menjalankan paham masyarakat tak berkelas ternyata berhasil menarik anggota baru kepada tarekat mereka. Mu’in al-din menyederhanakan paham ajaranya dalam tiga asas, yang mula-mula di susun oleh abu yazid al-busthami (w. 261 H./874 M.) yaitu bahwa seorang sufi harus memiliki ‘’kemurahan hati, watak yang halus, dan kerendahan hati’’. Meskipun di perbatasan india terkadang msih ada tentara muslim yang berbatasan dengan kaum ‘’kafir’’, namun islamisasi Negara india dicapai terutama dengan dakwa sufistik para ulama, bukan dengan pedang. Begitulah sejarah tarekat chisytiyah yang berkembang pesat di india.




















BAB III
                                                 PENUTUP                
3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan mengenai sejarah tarekat di atas, kami menyimulkan sebagai berikut:
1.      Tarekat chisytiyah ini adalah termasuk tarekat sufi yang berasal dari asia selatan yaitu kota chist dan berkembang sangat cepat di Negara india.
2.      Pendiri tarekat ini di india adalah khawajah  mu’in al-din hasan.
3.      Tarekat ini termasuk dalam aliran sunni.
4.      Masa kejayaan tarekat chisytiyah Masa kejayaan syekh mu’in al-din hasan chisyti, yaitu pada awal pendirian tarekat ini (597 H./1200 M.), hingga 757 H./1356 M, Masa penyebaran khanaqah di banyak provinsi di india (abad ke-8 H./14 M. dank e-9 H./15 M.), Masa pertumbuhan cabang sabiriyyah abad ke-9 H./15 M, Masa perkembangan cabang nizamiyyah abad ke-12 H./18 M.

4.2.  Saran
Masih banyak tarekat selain chisytiyah yang berbeda faham dan keyakinan dalam mencari jalan menuju Allah SWT. Maka dari itu tidak cukup kiranya kita mempelajari satu jenis tarekat saja, akan jauh lebih baik jika kita mempelajari semua tarekat agar pandangan kita lebih luas dalam mata kuliah tasawuf, lebih dari itu agar kita juga dapat mencari jalan menuju tuhan.




DAFTAR PUSTAKA

1. Media zainul bahri, tasawuf mendamaikan duia, Erlanga, Jakarta, 2010.
2. Musstafa zahri, kunci memahami ilmu tasawuf,PT. bina ilmu, Surabaya, 1995.
3. Abdussalam Alwi al-Hinduan, tarekat adalah perintah allah swt, Cahaya Ilmu Publisher
4. Azis mansuri, ensiklopedia 22 tarekat dalam tasawuf, imtiyaz, Surabaya, 2011.
5. Abuddin nata, Akhlak tasawuf, PT. Grafindo persada , Jakarta, 2010.
6. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, CV pustaka setia, bandung, 2007.
7. Rosihon Anwar, akhlak tasawuf, CV pustaka setia, bandung, 2010.





0 komentar:

Posting Komentar