Jika membaca judul di atas
kira-kira apa yang melintas di pikiran anda? Ya benar… WANITA.! Ini tentang
wanita. Aku tahu banyak sekali artikel atau tulisan yang membahas mengenai
wanita yang bisa di katakana gak baik, dikalangan masyarakat atau tempat yang
menaungi mereka, bahkan tidak sendikit artikel tentang wanita yang memakai
kerudung tetapi bukan untuk menutupi harta paling berharga dari si wanita, malah
digunakan untuk menutupi dosa-dosa yang
iya lakukan bersama kaum lelaki yang haus akan kenikmatan dunia.
Yang membuat aku inggin menulis
tetnag hal yang tidak baru lagi ini adalah, ketika tau seorang yang dekat
denganku yang aku lihat dalam hari-harinya hanya tutur kata yang lembut dan
wajah yang menyinarkan cahaya seperti bidadari dari surga. Tapi kenyataannya
muntiara itu ternoda.. sepertinya susah untuk bilang dia masih perawan.
Dia bukan
wanita yang dilahirkan dilingkungan prostitusi atau tempat perzinahan, juga dia
tidak tinggal diperkotaan metropolitan, yang mengangap berhubungan badan adalah
gaya hidup. Tapi dia dilahirkan di lingkungan Pesantren, sejak kecil dia besar
dipesantren, tidak sendikit pula ilmu yang iya dapat mengenai agama.
Ketika ada
pertanyaan “apa yang menyebabkanya kehilangan keperawanan si santri wati itu?”,
pertanyaan inilah yang akan menjadi pembahasan kita selanjutnya.
Dalam
lingkungan Pesantren wajib jika sakman watoatan atau ta’at kepada ustad,
bu nyai dan pak kyai. Seorang santri atau santri wati yang baik akan
menjalankan peraturan pesantren dan mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan
oleh keluarga Ndalem (keluarga kyai).
Dia bukanlah
wanita yang banyak berbicara, pandai mengaji dan bersholawat, tidak ada kejelekan
yang terpancar darinya yang setiap hari memakai kerudung itu, atau sikap seperti wanita gatel
pada umumnya. Keta’atanya dan keluguanya inilah yang menjadi cikal-bakal noda
yang mengotori kesucianya.
Di suatu
pondok pesantren putri di jawa timur tempatnya di desa kecil, pesantrenya juga
kecil. pondok itu diasuh oleh seorang perempuan yang biasa di panggil Umi
dan di bantu oleh suaminya yang biasa di panggil Abah. Uminya sendri
sikapnya biasa seperti kebanyakan ulamak pada umumnya, tapi si Abahnya ini atau
suami dari Umi ini sikapnya aneh kepada santriwatinya. Bukan hanya tingkah laku
aneh tetapi juga perkataan yang sering tidak sopan kepada semua santrinya, tapi
jika bicara di depan umum, dia sangat pandai mengambil hati masyarakat.
Hampir semua
santriwati di ponpes itu merasa aneh,, dimana mereka semua tidak di gubris sama
si abah, dicuwekin lah pokoknya, dan biasanya seorang santri itu mencium
tanggan dari gurunya tapi si abah tak pernah mau..! kenapa?. Ada alasan mengapa
sikapnya seperti itu, hapir semua santri wati khususnya yang cantik dan polos,,
pernah di ajak untuk bersetubuh.. atau berbuat zinah!! Suatu perbuatan yang
seharunya di jauhi oleh umat muslim, apalagi si abah adalah seorang ulama pula.
Dari semua
santi yang di cuwekin,,, atau dimusuhi.. ada satu santri wati yang disayang
olehnya, sebut saja Evi. Teman-teman evi
pun merasa ada yang aneh.. apalagi ketika santri berkumpul di kamar, si abah
pun dating dan bertanya hal-hal yang tidak lazim di pertanyakan oleh kaum
laki-laki, seperti mempertanyakan waktu HAIDnya yang lama, sampai berkata
kepada evi di depan temanya, “evi.. bagaimana tadi malam?” bahkan evi pun
sering di bangunkan tengah malam,, lalu di ajak pergi entah kemana.! Pernah
juga ketika di jemput oleh abah, si evi di suruh untuk memeluknya dari
belakang, kayak muda-mudi lagi kasmaran. Kalo tidak di peluk si evinya di ancam
di tinggal di jalan..
Semua
teman-temanya evi beranggapan bahwa dia sudah tidak perawan lagi, alias pernah
melakukan hubungan intim dengan si abah.. kata salah satu santriwati yang saya
tanyai, kenapa perbuatan abah itu tidak diketahui umi?? Dia bilang tidak tau,
dan tidak pernah ketahuan!!! Dan temen-temen juga gak ada yang berani bilang.
Kalau masyarakat sendiri gimana tindakanya?? Lanjut saya bertanya. Dulu katanya
pernah mau di usir sama warga, tapi gak tau kok gak jadi. Terus udah gak pernah
gitu-gituin muridnya lagi… eh sekarang kumat lagi.
Si evi pun
masih mondok di pesantren itu sampai sekarang, kata orang yang saya
tanyai, dia di suruh umi untuk tetap di pondok untuk mengabdi. Dan sampai
sekarang pula perbuatan si abah tadi tetap berlanjut… entah sampai kapan.
Saya
mendapatkan informasi ini secara rahasia, saya juga tidak di perbolehkan
menyebut nama atau tempat konkrit pondok pesantrenya. Saya mendapatkan info ini
dari seorang alumni pesantren tersebut, katanya dia juga pernah dimintak si
abah untuk tidur bersama, tapi dia tidak mau. Lama kelamaan dia tidak kuat akan
perlakuan dan sikap yang aneh dari abah. Juga dia takut dirinya diapa-apain. Tentunya
jika sampai itu terjadi makan akan banyak penyesalan didepan. Jadi dia memilih
keluar.
Saya menulis
hal ini bukan untuk menjelekkan nam baik orang, tetapi hanya untuk berbagi
pengetahuan tentang problem yang terjadi di masyarakat. Yang dimana kita di
tuntut untuk berbuat yang bijak dalam menangapi berbagai persoalan di
masyarakan, khususnya para mahasiswa. Apalagi mahasiswa hukum. Yang di tuntut
dapat memberikan hukuman atau solusi yang tepat bagi tindak kejahatan yang
tergolong rumit. mungkin cukup sekian apa yang bisa saya tulis, semoga ada
hikmah di balik permasalahan, yang tentunya harus kita selesaikan secara bijak
pula dan semoga apa yang saya tulis bermangfaat juga.
0 komentar:
Posting Komentar